Rabu, 04 Desember 2013

Hadits-hadits seputar "Lingkungan Hidup"

Bismillahir-Rahmaanir-Rahiiem

Manusia dalam rangka menjaga hubungan interaksinya dengan lingkungan sekitarnya, termasuk menjaga kelestarian lingkungan hidup adalah suatu perwujudan manifestasi dalam hal tahapan manusia menuju tahap akhlaq muhsin yang dalam terminologi hadits sesuai dengan sebuah pandangan trilogi agama sebagaimana arahan penggalan sebuah hadits sahih riwayat ‘Umar bin Khottob radiAllahu ‘anhu yang sangat populer itu, ialah bentuk sikap manifestasi iman, islam, dan ihsan.

قَالَ –جبريل عليه السلام- فَأَخْبِرْنِي عَنْ الْإِحْسَانِ ؟, قَالَ –رسول الله صلّى الله عليه وسلّم- : أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ. رواه مسلم

“Jibril AS bertanya lagi kepada Rasulullah saw : “Ceritakanlah tentang Ihsan ?!”, lalu Rasulullah saw menjawab : “Ihsan itu ialah engkau menyembah Allah swt seakan-akan engkau dapat melihat-Nya, namun bila kau tak mampu melihat-Nya, maka yakinilah, sesungguhnya Allah swt melihatmu”. (HR Imam Muslim no hadits 9)

Penggalan sebuah hadits panjang diatas, ialah hadits kedua yang tersaji dalam kitab “Al-Arba’ien An-Nawawie” yang disusun oleh Imam besar An-Nawawie rahimahullah, merupakan salah satu hadits sahih riwayat Imam Muslim dalam sahihnya, maksud hadits diatas ialah kurang lebih sebagai berikut : ...

Oya, sebelum menyinggung lebih jauh tentang hadits-hadits seputar lingkungan hidup, ada baiknya saya kemukakan dulu akan sebuah pandangan menarik soal hadits riwayat ‘Umar ini, oleh Saefuddin Zuhri, seorang pakar pendidikan islam dari IAIN Syekh Nurjati Cirebon yang mencoba menjabarkan tentang keterkaitan, begini katanya ; “bahwa ternyata ada korelasi yang cukup jelas dan signifikan pada intisari hadits tersebut di satu sisi, dengan aspek semangat spiritualitas dan sosial pada implementasi Kurikulum 2013 di sisi lain”, masih menurutnya “ada tiga (3) aspek yang harus di jadikan dasar-dasar pada pengembangan kurikulum tersebut, yaitu : 1). Aspek aqidah, 2). Syariah, dan 3). Akhlaq,” tandasnya di sela-sela seminar sehari yang bertajuk “Implementasi kurukulum 2013” tertaggal 23/11.

Dari ketiga dasar-dasar aspek diatas, maka yang lebih penting dari ketiganya adalah aspek Akhlaq, betapa nilai-nilai akhlaq ini menurutnya, akan berpengaruh besar terhadap pola-pola paradigma yang kelak akan dimiliki bangsa Indonesia ini untuk di kemudian hari bila aspek ini bisa dikembangkan dan diterapkan secara baik dan bijak oleh pelaku kependidikan dalam tatanan System Pendidikan Nasional.

Lebih jauh, beliau menggambarkan bahwa pada aspek ini, ada beberapa acuan, misalnya pada level manusia sebagai perkembangan makhluk individu dan soaial, ialah bagaimana seharusnya dia dapat berlaku ihsan sebagai yang dipesankan Tuhan dan RasulNya, kemudian beliau juga menyinggung ; “Bahwa nilai-nilai ihsan yang pelakunya disebut muhsin (term hadits) ini ada tiga level ;

pertama => dia berlaku ihsan kepada Tuhannya;
kedua => dia bisa berlaku ihsan kepada sesama; dan
ketiga => dia bisa berlaku ihsan kepada alam semesta,” tandasnya.

Point terakhir dari pengembangan sikap ihsan dalam diri seorang manusia, yakni bagaimana seharusnya seseorang memberlakukan sikap ihsan pada alam smesta, pada binatang misalnya, Saefuddin Zuhri yang juga masih sebagai ketua dekan fakultas di perguruan tinggi tersebut, ini kemudian memutarkan sebuah film sederhana sebagai ilustrasi singkat betapa nilai-nilai akhlaq ini akan sangat terpuji sebagai perwujudan sikap empati yang di kembangkan oleh seorang anak seketika dia harus menolong seekor anak burung yang terjatuh dari sarangnya yang jauh dari atas pohon yang tinggi, ini menunjukan sikap terpuji yang sepatutnya kita (sebagai ummat manusia) miliki dalam pada kita menuju akhlaq muhsin sebagai tingkatan tertinggi dalam terminologi kesatuan trilogi ajaran agama setelah iman dan islam.

Ilustrasi singkat dalam deskripsi sebuah filem yang diputarkan pak Dekan di atas di sela-sela seminar sehari tentang implementasi kurikulum 2013, sesungguhnya ada kesesuaian atau korelasi yang cukup signifikan sebagaimana semangat pesan/sabda Rasulullah saw berikut ini :

عَنْ أَبي هُرَيْرَةَ رَضي الله عَنْه أَنَّ النَّبيَّ صلى الله عليه وسلم قَالَ بَيْنَا رَجُلٌ بِطَرِيقٍ اشْتَدَّ عَلَيْهِ الْعَطَشُ فَوَجَدَ بِئرًا فَنزَلَ فِيهَا فَشرِبَ ثمَّ خَرَجَ فَإِذَا كلْبٌ يَلْهَثُ يَأْكلُ الثرَى مِنَ الْعَطَشِ فَقَالَ الرَّجُلُ لَقَدْ بَلَغَ هَذَا الْكلْبَ مِنَ الْعَطَشِ مِثْلُ الذِي كانَ بَلَغَ مِنِّي فَنزَلَ الْبِئرَ فَمَلا خُفَّهُ مَاءً فَسَقَى الْكلْبَ فَشَكَرَ اللهُ لهُ فَغَفَرَ لهُ قَالُوا يا رَسُولَ الله وَإِنَّ لَنَا في الْبهَائمِ لأَجْرًا فَقَالَ صلى الله عليه وسلم : "في كلِّ ذَاتِ كَبِدٍ رَطْبَةٍ أَجْرٌ". رواه البخاري

Artinya : Dari Abu Hurairah, bersabda ; Rasulullah saw bersabda : “suatu ketika seorang laki-laki tengah berjalan di suatu jalanan, tiba-tiba terasa olehnya kehausan yang amat sangat, maka turunlah ia ke dalam suatu sumur lalu minum. Sesudah itu ia keluar dari sumur tiba-tiba ia melihat seekor anjing yang dalam keadaan haus pula sedang menjilat tanah, ketika itu orang tersebut berkata kepada dirinya, demi Allah, anjing ini telah menderita seperti apa yang ia alami. Kemudian ia pun turun ke dalam sumur kemudian mengisikan air ke dalam sepatunya, sepatu itu digigitnya. Setelah ia naik ke atas, ia pun segera memberi minum kepada anjing yang tengah dalam kehausan iu. Lantaran demikian, Tuhan mensyukuri dan mengampuni dosanya. Setelah Nabi saw, menjelaskan hal ini, para sahabat bertanya: “ya Rasulullah, apakah kami memperoleh pahala dalam memberikan makanandan minuman kepada hewan-hewan kami ?”. lalu Nabi menjawab : “tiap-tiap manfaat yang diberikan kepada hewan hidup, Tuhan memberi pahala”. (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis di atas memberikan ketegasan betapa Islam sangat peduli akan keselamatan dan perlindungan hewan. Bahkan juga disebutkan, bahwa bagi yang menolong hewan sekaligus memperoleh tiga imbalan, yaitu :

1). Allah berterima kasih kepadanya;
2). Allah mengampuni dosa-dosanya ; dan
3). Allah memberikan imbalan pahala kepadanya

Di samping sebagai Pencipta, Allah swt juga adalah sebagai Penguasa tunggal terhadap seluruh makhluk-Nya, termasuk binatang. Dia lah yang memberi rezeki, dan Dia mengetahui tempat berdiam dan tempat penyimpanan makanannya, Allah swt, berfirman dalam QS. Hud (11) : 6

قال تعالى : وَمَا مِنْ دَابَّةٍ في الأَرْضِ إِلا عَلى اللهِ رِزْقُهَا وَيَعْلمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا كلٌّ في كِتَابٍ مُبِينٍ. (6(

Terjemahnya : “Dan tidak ada suatu binatang melatapun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)”. QS Hud ; 6

Secara implisit, ayat ini menjelaskan bahwa Allah swt, senantiasa memelihara dan melindungi makhluk-Nya, termasuk binatang dengan cara memberikan makanan dan sekaligus memonitoring tempat tinggalnya.

Manusia sebagai makhluk Allah awt, yang termulia diperintahkan untuk selalu berbuat baik dan dilarang untuk berbuat kerusakan di atas bumi, sebagaimana firman-Nya dalam QS. al-Qashasah (28) : 77

قال تعالى : وَابْتَغِ فِيمَا ءَاتاكَ اللهُ الدَّارَ الآخِرَةَ وَلا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللهُ إِلَيْكَ وَلا تَبْغِ الْفَسَادَ في الأَرْضِ إِنَّ اللهَ لا يحِبُّ الْمُفْسِدِينَ. (77(

Terjemahnya : “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (keni`matan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”. QS Al-Qohoshosh ; 77

Di ayat lain, yakni QS. al-A’rāf (7) Allah swt juga ada menyinggung dalam penggalan firmanNya :

قال تعالى : وَلا تُفْسِدُوا في الأَرْضِ بَعْدَ إِصْلاحهَا ذَلِكمْ خَيرٌ لَكمْ إِنْ كُنْتمْ مُؤْمِنِينَ

Terjemahnya : “… dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orang-orang yang beriman”. QS Al-A’rof ; 7

Ayat di atas, melarang untuk merusak lingkungan, dan justeru sebaliknya yakni ayat tersebut menganjurkan manusia untuk berbuat baik dan atau memelihara lingkungannya.
<<>>

Mengingat banyaknya hadis yang berkaitan dengan lingkungan hidup, maka pembahasan pada artkel ini akan dibatasi pada beberapa hadis saja sebagai sampel mengenai pelestarian lingkungan hidup.

Antara lain hadits tentang seputar “Kewajiban Memelihara dan Melindungi Hewan”, yaitu satu hadits yang menganjurkan berbuat baik dengan memelihara dan melindungi binatang dengan cara :

a). memberikan makanannya, sebagaimana sabda Rasulullah saw ;

عن أبي هريرة رضي الله عنه قال , قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : "... وَعَلى الذِي يَرْكَبُ وَيَشرَبُ النَّفَقَةُ ". رواه البخاري

Artinya : Dari Abu Hurairah, berkata: Rasulullah saw bersabda : “… Orang yang menunggangi dan meminum (susunya) wajib memberinya makanan”. (HR. Bukhari)

b). menolongnya, sebagaimana sabda Rasulullah saw : yang pembahasannya telah saya sampaikan dimuka terebut.

<<>>

Hadza ,. wAllahu A’lamu bish-Showaab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar